Menjaga pola makan - Day 1
was posted at October 31, 2020 with 0 comments

Ceritanya, kemarin saat sudah mulai jam-jam kecil pikiran mulai berkelana kemana-mana. "Gue harus keluarin semuanya nih", pikir gue. Gue mulai menulis jurnal, di pertengahan gue teringat tulisan Raden Prisya dulu di instagramnya. Walau postingan itu belum gue temukan, tapi gue masih ingat postingan itu tentang kebutuhan Manusia berbentuk piramida, paling atas adalah hubungan manusia secara spiritual. Belum sempat gue scrolling lagi ke bawah, gue sampai pada postingan mba Raden Prisya tentang "Food to reduce Anxiety". Wow! Bukan sebuah kebetulan. 

Pada akhirnya gue sadar, pola makanan gue pun punya hubungan dengan mood. Jadi, daripada gue sibuk ngedumel karena baju-baju gue yang udah gak muat. mendingan gue mulai "menjaga pola makan" alias diet. Berat badan gue stabil, jiwa gue juga tenang.

*** 

Cieee, yang mau diet galau gara-gara Nyokap masak sarapan paginya pakai Opor Ayam dan Buras (lontong Makassar). 

"Ya Allah cobaan apa ini :(((" 

Setelah lemes dan gemeter ngeliat Nyokap asyik mengunyah sarapannya yang terlihat enak itu. 

Gue ... 

demi menghargai kerja keras Nyokap .... 

yang sudah masak ..... (sepik) 

akhirnya dengan berat hati (sepik lagi) 

mengambil 2 potong Buras dan 2 potong Ayam Opor.  Hmm, Thanks Ma :") 


Tapi emang the best banget sih parah! <3

Sorenya, gue bikin "Sauteed Green Beans", potongan Tomat Ceri Red Grape, dan potongan Timun. Enak sih tapi ya seenak-enaknya nasi padang masih lebih enak. Bye. 

Godaan datang lagi, entah dapat ilham darimana gue bikin Aglio e Olio buat Pak Suami dan Adik-adik gue. Wangi terasi ini memang keterlaluan sih. Tapi mungkin karena biasanya masak buat Pak Suami seorang jadi pas gue tes rasa bumbu spaghettinya gak berasa sama sekali dong. Terpaksa gue tes rasa terus-terusan, udah deh seperempat porsi Spaghetti gue makan. Ada-ada saja godaan hari ini. 

Malamnya gue laper lagi dong, gue langsung memotong-motong Tomat ceri dan Timun lagi cuma bedanya gue tambahkan 2 tbsp Kewpie Wijen Sangrai --favorit gue. 

Selesai deh cerita "menjaga pola makan" hari ini. 

***

Rencana gue adalah diet 6 hari libur 1 hari. Gitu terus sih. Semoga istiqomah yah ^^



TARA BASRO DAN INSEKYURITIKU
was posted at March 04, 2020 with 0 comments


Aku tidak pernah percaya kebetulan, terlebih lagi setelah membaca buku The Secret. Yang aku percaya adalah setiap apapun yang terjadi pasti ada maknanya. Dan itu terjadi saat ini, hari ini.

Beberapa hari ini lambungku sakit, Januari kemarin juga. 14 hari tidak bisa makan dan tidur seperti biasa. Dan saat sudah sembuh aku jadi takut sekali melihat cabe, sambal dan segala olahannya. Tapi tiba-tiba beberapa hari lalu asam lambungku naik dan benar-benar berulah. Lebih dari Januari kemarin. Tau kenapa? Aku diet.

Aku berusaha memberikan berbagai afirmasi positif di kepalaku. Aku bilang, "aku diet untuk sehat". Tapi rupanya aku tentu tidak akan bisa menipu diriku sendiri, "aku diet karna aku tidak pede lagi dengan bentuk tubuhku". Dari dulu aku selalu sayang dengan tubuhku, aku bangga. Aku tidak masalah dengan tubuh orang lain, mau seperti apapun aku tidak pernah masalah. Tapi setauku, makan apa saja dan berat badan tetap stabil membuatku sangat percaya diri dan bebas.

Semenjak mengurus pernikahan, aku stres, biasanya kalau aku stres berat badanku malah turun tapi kali ini tidak, berat badanku naik. Saat menikah lebih lagi. Dalam 6 bulan saja berat badanku mungkin sudah naik 8 - 10 kg. Yang awalnya aku senang, karna "wah bahagia yah, kan kalo bahagia bb kita naik". Jadi, sedih karna baju-bajuku sudah tidak muat lagi. Bahkan gamis-gamisku sobek di bagian armpit, pinggang, bahkan perut. (Jadi, jangan tanya kenapa aku pakai celana lagi bukan gamis).

Aku sedih. Sedih ini yang membuat aku makin stres. Dengan makin stresnya aku, maka badanku malah makin naik. Aku jadi terbiasa begadang, dan begadang membuatku gampang lapar. Lagi, bb-ku naik lagi. Sampai akhirnya aku mengambil foto di dalam kamar ganti, dan aku makin sadar aku sudah berubah. Aku kirimkan foto itu ke sahabat-sahabat dekatku.  Aku tidak baper dengan tanggapan mereka, alih-alih baper aku malah menjadikan ini sebagai pembelaanku pada diriku bahwa aku memang sudah jauh berubah.

Itu yang membuatku memutuskan untuk diet karbo kemarin, satu langkah yang seperti menyakiti diri sendiri atau langkah bunuh diri karena lambungku yang belum sembuh betul sudah harus menerima pressure baru. Suatu malam, tiba-tiba saja aku terserang Panic attack. Rasanya seperti ada di ruangan sempit dan susah bernapas. Aku benar-benar panik dan makin panik. Kalau bisa aku tebak sekarang, pada saat itu asam lambungku sedang naik ke kerongkongan. Seperti hasil googlingku kemarin tentang GERD. Haha, bahaya sekali google saat sedang sakit begitu yah. Tapi tenang, dokter bilang aku terkena GERD kok. Oh yah, akhirnya keesokan harinya aku dibawa ke rumah sakit. Aku diperiksa di UGD, dicek dengan tabung oksigen, dan ditanya oleh Dokter "apa mba lagi stres? Lagi banyak pikiran yah?". Aku mengiyakan.

Pikiranku pada body-ku, pikiranku pada "apa yang orang pikirkan terhadapku".

---
Malam ini aku membuka twitter seperti biasa dan menemukan nama Tara Basro di timeline.

"Ada apa nih?"

Aku membaca satu mention dari thread tentang "foto tara basro", yang membawaku bertamu ke profile instagramnya Tara Basro.

"Wow", aku terdiam sesaat.

Jari-jariku tidak sabar membaca caption dan membuka instastory-nya, aku yakin akan menemukan sesuatu yang kucari.

Ya, aku ketemu. Belasan dan mungkin puluhan instastory orang-orang (terutama wanita) yang di re-upload oleh mba Tara ini. Yang aku cari ada disana, cerita-cerita tentang wanita yang against their insecurities, tentang betapa kami -wanita- tidak percaya diri dengan tubuhnya, dan ini seperti lagu Kunto Aji buatku "membawa luka itu untuk dirasakan agar bisa disembuhkan". Dan ya, dengan membaca cerita-cerita itu aku sadar banyak orang diluar sana yang tidak percaya diri juga dengan dirinya --entah body, background, pendidikan, dll--. Saat aku sebagai orang lain yang melihat itu rasanya aku ingin memeluk mereka dan bilang kalau "enggak papa kok, kamu cantik dengan jadi dirimu, you are beautiful just the way you are, gak usah berubah, kamu udah sangat cantik".

Aku bicara pada mereka dalam hatiku, memuji mereka di saat mereka malah tidak percaya diri, mengagumi mereka saat mereka menjadi diri mereka sendiri. Kalau aku bisa begitu pada orang lain, kenapa aku harus menyakiti diriku sendiri dengan penilaianku sendiri? Kenapa aku harus merasa malu dengan diriku? Kalau wajahku berjerawat, kulitku menghitam, berat badanku bertambah, dan apapun itu yah aku tetap jadi diriku sendiri. Kalau keadaan jadi sebaliknya, kulit wajahku sebening kristal, kulitku mulus dan berat badanku turun, yah aku tetap jadi diriku juga kok. Seperti apapun aku, aku tetap cantik untuk diriku.

Kalau aku saja tidak masalah dengan seperti apapun warna kulit orang lain, rambut mereka lurus atau bergelombang, curvy atau skinny, jerawat atau mulus, tinggi atau pendek, berhijab atau tidak berhijab, yah berarti orang lain juga tidak akan peduli dengan hal-hal itu pada diriku kan?

Terima kasih, Tara Basro.
Aku akan selalu ingat ini.



ULANG TAHUN PAK SUAMI 26 DESEMBER 2019
was posted at February 22, 2020 with 0 comments



Happy Birthday to my Husband ! <3 


Setelah telat posting cerita ini dua bulan, bahkan telah melewati hari ulang tahun saya. Akhirnya saya post juga deh cerita tentang Ulang Tahun Pak Suami Desember kemarin. Semoga cerita ini bisa menghibur atau ada sedikit yang bisa diambil hikmahnya, hehe dan mohon maaf kalau ada salah-salah kata yahhh :)

***

Berhubung ini ulang tahun pertama Pak Suami setelah menikah, dan sekaligus selebrasi ulang tahun pertama salah satu dari kami setelah menikah jadi rasanya saya tuh gemes banget buat ngasih kejutan. Di pikiran saya udah terbayang tuh Pak Suami akan kayak gimana. Jadilah, saya buat planning dari sebulan sebelumnya. 

Saya mulai dari memesan barang-barang yang sekiranya bisa melengkapi kejutan. Mulai deh nyari-nyari inspirasi dari Pinterest. Tapi sebelumnya saya tentukan dulu apa temanya, dimana lokasinya, siapa aja yang diundang, nanti konsepnya mau gimana. Setelah semua itu saya tulis. Baru saya cari di Pinterest. 

Saya tulis rencananya, dari perkiraan jam, menu, budget, perlengkapan, Plan A dan Plan B
Invitation ^^


Tag untuk di kacamata (souvenirnya) :p


Rencananya lokasi di Pantai Putih, tanggal 26 Desember, sore-sore dan dihadiri oleh teman-temannya Pak Suami, teman kantor, teman-temanku dan Om dan tanteku. 


Salahnya adalah pertengahan November atau akhir, saya kirim peralatan ulang tahun yang saya beli dari Jakarta itu ke Manokwari. Nah, kira-kira seminggu setelahnya Pak Suami menemukan satu kardus besar isi peralatan itu. Bahkan kadonya udah duluan ketahuan dong, karena saya kirim kadonya dari awal November :( 

Dan enggak cuma berhenti disitu cobaan yang hampir menggagalkan rencana saya ini. Tiba-tiba beberapa hari sebelum hari H, Pak Suami nyuruh booking kamar hotel buat tanggal 26 itu.  Sepertinya dia sudah mulai curiga. Waduh gimana nih!? Saya putar otak dan cari-cari alasan. Dia makin curiga dan semakin maksa buat nginep di hari itu dong :(

Oh yah, saya juga udah minta tolong sama teman-teman kantor bahkan bos di kantornya. Saya bikin juga tuh grup whatsapp, namanya "Mission X". Dan dari grup Whatsapp inilah terbongkar rencana kita. Jadi, ada yang bocor alias cerita ke Pak Suami kalau saya bikin rencana di hari Ulang Tahun dia. Ambyar bangetlahhh! T-T Kejadinya pas banget saya habis ngangkat satu lusin Coca Cola kemasan 1,5 liter dan tepar seharian di kamar karena kehabisan tenaga. (lemah emang haha) Tau-tau Pak Suami pulang sambil ketawa-ketawa ngeledekin soal grup WA itu. Duh, ada aja cobaannya :( 

Selain beli Coca Cola saya udah beli  semua perlengkapan termasuk beras juga. Rencananya mau masak di rumah temen tapi tanggal 26 dia pergi ke luar kota. Makin jadi aja dong kalutnya saya. Hampir berantakan sudahlah rencana ini. Saya juga tiba-tiba sadar tanggal 26 itu kan masih banyak yang pergi Ibadah setelah Christmas. Jadi, saya booking lah kamar hotel buat tanggal 25-26 dan saya pasrah. Saya info ke semua yang diundang kalau acaranya jadi hari Minggu tanggal 29 Desember jam 2 siang di Pantai Pasir Putih itu. 


Tanggal 25 siang kami berdua check-in di Aston Niu Manokwari. Alhamdulillah disambut dengan bunga-bungaan di tempat tidur yang ala-ala biar so sweet gitu hahaha Pak Suami nyengir aja, geli sendiri. Hopefully, he's happy.... 

Karena memang tidak merencanakan Kejutan di Hotel, jadi lupa buat tanya ada kue enggak di hotel ini. Pas udah mendekati jam 12 malam, baru nelpon resto ada kue enggak. Katanya bisa aja bikin brownies tapi musti nunggu chefnya baking dulu. Haha Gagal deh. Yaudah akhirnya pesen menu berat aja. Kami berdua lapar lagi soalnya. Padahal baru aja sore-sore makan berat di pinggir kolam renang. Eh mendekati jam 12 malam udah laper lagi dong. 

Banyak banget harapan dan doa yang semoga Allah dengar dan ijabah. Aamiin....


Untuk cerita-cerita lengkap di hotel enggak saya ceritain yah. Mungkin reviewnya nanti akan saya tulis karena memang review hotel sudah rampung dari sehari setelah nginep (demi mengisi review di aplikasi trav****ka dan google maps, hehe). Dan mungkin memang dua hari ini adalah dua hari yang full liburan buat kami berdua, tanpa gangguan kerjaan. Bener-bener pelarian tanpa kerjaan sama sekali. Supposed to be yaaa :p 

***

Sabtu, 28 Desember 2019 - Saya dan teman ke Pasar Ikan untuk belanja ikan dan kawan-kawannya ^^

Tibalah di hari Minggu itu. Drama di pagi hari dimulai, saya masak nasi pakai dandang untuk pertama kalinya. Untung diajarin sama kakaknya Pak Bos. Bener-bener pengalaman buat saya, ngaduk dan tidak boleh berhenti karena takut gosong. Panik-paniknya, bingung, semangat, dan takut nasinya enggak cukup dan semua perasaan campur aduk.



Ternyata drama enggak sampai disitu, siangnya pas Pak Suami bangun saya belum sempat ke kantor (yang jadi basecamp buat preparing semua-muanya). Dan banyak banget yang miss, yang alhamdulillahnya kalau dipikir-pikir sekarang malah jadi pelajaran buat lebih baik lagi di acara-acara selanjutnya. 

"Komunikasi, komunikasi, komunikasi."
Di jam-jam krusial mendekati acara, saya mulai panik dan bingung. Untungnya Pak Suami langsung nenangin saya, dan bilang kalau biar dia yang handle semuanya. Akhirnya dia tau rencananya. Saya jelaskan ke dia dan dia yang sibuk akhirnya. Maafkan saya yah Pak Suami. :")))

Pantai Pasir Putih. Minggu, 29 Desember 2019 - Teman-teman Pak Suami dan Pak Suami sedang membakar ikan.




















Alhamdulillah lancar. Berkat teman-teman semua yang enggak bisa saya sebutkan satu-satu tapi kalian tau kalian yang saya maksud. Saya sangat berterima kasih sekali buat kalian, gengs :") Semoga bahagia selalu. Terima kasih juga buat Pak Suami, ternyata walaupun sudah direncanakan matang tetap aja saya enggak bisa nyimpan rahasia dari Pak Suami. Dan pada akhirnya yah hanya ke Pak Suami saya bisa menyenderkan kepala saat sudah enggak mampu. Memang penolong. 

Maaf kalau tulisan ini mungkin tidak seperti yang teman-teman harapkan. Tidak ada tutorial, tidak ada penjelasan detail, tidak ada budget planning, tapi semoga aja bisa ada satu atau dua hal yang bisa  bermanfaat untuk siapapun yang baca. Aamiin. 

Atau mungkin nanti akan saya bahas di postingan terpisah? Gimana? Setuju enggak? Komen di bawah yah.... 


Labels:



#RANDOMTHOUGHT - demi kebaikan kamu
was posted at February 19, 2020 with 0 comments
Kalau ingat-ingat soal kalimat apa yang menyakitiku selama ini, mungkin aku bisa menyebutkan beberapa. Ini semua perkataan dari orang-orang terdekatku malah.. Mungkin benar kata orang, kalau yang bisa menyakiti kita paling parah malah orang terdekat kita sendiri. Kalau musuh, yah kita udah tau dia emang musuh kita kan. Tapi kalau teman sendiri atau keluarga? yang kita kira paling support, paling sayang, paling ngertiin kita, taunya kata-kata mereka malah menyakiti. 

Karena adanya "kita bilang gini demi kebaikan kamu", jadilah orang-orang bebas ngomong apa aja tanpa mikirin perasaan orang yang mendengar. Kan demi kebaikan, katanya. 

Tapi tanpa mereka sadar, dan mungkin beberapa waktu kemudian mereka akan lupa, terus gimana orang yang mereka sakiti dengan kalimat itu? Apa gampang buat dia lupakan? Gimana kalau kalimat itu bertahan di pikirannya selama-lamanya?

"wah dendam itu namanya"

Padahal daripada membela diri dengan ngomong gitu, kita bisa aja lho langsung minta maaf kalau enggak sengaja ngomong yang menyakitkan. Kita enggak pernah tau seberapa bermaknanya omongan kita ke orang lain. Bisa jadi penyemangat atau malah bikin drop. 

Ada beberapa omongan yang sampai detik ini masih aku ingat. Aku sudah benar-benar belajar untuk memaafkan dan melupakan tapi ternyata disaat mentalku drop atau lagi ada masalah, kalimat-kalimat ini datang lagi dan malah memperburuk suasana. Kalimat-kalimat itu juga yang bikin kepercayaan diriku menurun. Bikin aku gak percaya diri. Bikin aku ngerasa rendah. Padahal orang yang ngomong mungkin sedang bahagia dengan hidupnya. 

Pernah sekali, aku ungkapkan langsung ke salah satu orang yang melemparkan kalimat-kalimat jahat kepadaku. Aku bilang, "aku sering terluka dengan kata-kata kamu lho". Dan dia bilang "yah namanya juga manusia". Aku bener-bener gak expect itu. Aku juga gak butuh permintaan maaf, tapi aku beneran kaget saat baca kata-kata itu. Semoga kita lebih bisa lagi menghargai perasaan orang lain :) 

Aku benar-benar sedang di fase belajar menjadikan itu semua cambuk buat maju ke depan. Wish me luck. Thank you. 

I don't wanna assume that probably you think I am so "baperan", karena semenjak ada kata baper kita sebagai manusia seperti kehilangan empati terhadap perasaan orang lain. 




Update of my life : DAY 6
was posted at February 09, 2020 with 0 comments

Selama Hiatus, aku punya banyak sekali waktu terutama untuk diriku sendiri. Aku bisa banyak meditasi, menulis, bercerita kepada diriku sendiri dan tentu saja membaca buku --satu hal yang sudah aku lupakan sejak lama--. Aku benar-benar sedang refreshing, kembali me-refresh kehidupanku yang penuh dengan messed up things.

Pada suatu hari di siang yang cerah, rasanya badanku lemas sekali. Beberapa hari yang lalu aku mulai Detox Socmedku dengan membereskan rumah.  Ternyata membersihkan rumah sehari full bisa membuatku lemas berhari-hari. Ada benarnya juga kata-kata suamiku, saat dia bilang "kita enggak akan bisa ngerjain semuanya sekaligus". Tadinya aku menggerutu dalam hati setiap kali dia bilang begitu. Aku pikir, "kenapa harus ditunda kalau bisa dikerjakan dalam sehari? Toh dalam KonMari kan kita seharusnya decluttering atau membereskan semuanya besar-besaran. Kenapa aku harus membereskan barang dalam waktu berhari-hari?". Ternyata memang melelahkan. Dan kelelahan yang aku rasakan itu bukan cuma sehari. Yang lebih membuatku (kembali) stres adalah di hari-hari aku capek ini, barang-barang yang sudah rapi kembali berantakan. Salahku juga sih tidak membereskan pakaian terlebih dahulu. Rencana awalku adalah saat aku sudah membeli vacum plastic buat pakaian, baru akan ku bereskan tapi ini malah jadi semacam "disaster". Karena semua jadi kembali berantakan. Dan aku benar-benar capek. Badanku lemas. Aku hanya ingin berada di kasur seharian.

Aku beranjak ke kamar mandi, lalu ke dapur. Dimana semua barang sedang tidak pada tempatnya. Tumpukan mangkuk, piring, gelas tersusun di bak wastafel. Kentang masih berada dalam plastik bertumpuk dengan wortel. Bumbu penyedap di samping pemanggang roti. Blender masih penuh dengan mangga (gagal --alias masih muda) plus dengan susu putih yang berbusa karena sudah terlanjur aku hancurkan tapi belum sempat aku buang. Ahh benar-benar jorok, gumamku. Tidak sampai disitu. Hal paling menggelikan untukku adalah sampah. Dan sampahku pun masih tergeletak. Memang sudah dibalut plastik berkali-kali dan diikat tapi tetap saja namanya juga sampah. Aku masih bergidik ngeri melihat kenyataan dapurku yang tadinya sudah mulai rapi kembali berantakan, it worst instead. Aku ingin mengeluarkan sampah itu sampai pada saat plastik sampah yang satu menyentuh plastik sampah lainnya. Harusnya aku baik-baik saja, tapi seperti ada gerakan-gerakan yang sangat banyak kelihatan dari bolongan ikatan sampah plastik hitam itu. Ya, para alien (you know what I mean, rite?) itu berada disana. Menggeliat. Aku masih ngeri membayangkan betapa banyaknya mereka. Mereka menumpuk satu sama lain. Bahkan aku lebih baik menyebut mereka alien dan membayangkan mereka berwarna hijau dengan kepala besar ditutupi helm akuarium dibanding harus menyebut nama mereka dan mengingat bentuk mereka yang kecil putih kekuningan. Mungkin aku tidak akan makan hari ini, hmmm.....

Aku menyentuh salah satu piring yang sudah berisikan banyak semut. Padahal aku rasa itu bukan piring bekas makanan manis. Tapi sepertinya semut-semut itu benar-benar riang gembira menari di atas piring yang ingin aku cuci itu. Dan tidak selang 3 detik, aku menarik tanganku kembali sambil mengebas-ngebaskannya di bawah kucuran air wastafel. Aku hampir saja menangis. Perih sekali. Sengatan semut itu seperti sengatan listrik. Punggung tanganku memerah. Moodku hancur sudah. Aku matikan air aku kembali ke kamar sambil memegangi tanganku. Hancur sudah rencanaku hari ini.

-------------------

Ternyata aku tidak bisa membereskan semuanya dalam satu hari. Mungkin aku yang salah mengartikan KonMari Method dari Marie Kondo. Mungkin harusnya aku baca bukunya dulu baru aku mengerti metodenya dibandingkan aku menonton semua video vlog orang-orang di youtube yang membereskan menggunakan metode ini. Aku rasa banyak hal yang terlewatkan olehku. Jadi, aku memang harus mempelajari dulu baru bisa menerapkan. Sama seperti hal apapun di dunia ini, kita gak bisa langsung menerapkan tanpa mempelajari dulu kan?