Ceritanya, kemarin saat sudah mulai jam-jam kecil pikiran mulai berkelana kemana-mana. "Gue harus keluarin semuanya nih", pikir gue. Gue mulai menulis jurnal, di pertengahan gue teringat tulisan Raden Prisya dulu di instagramnya. Walau postingan itu belum gue temukan, tapi gue masih ingat postingan itu tentang kebutuhan Manusia berbentuk piramida, paling atas adalah hubungan manusia secara spiritual. Belum sempat gue scrolling lagi ke bawah, gue sampai pada postingan mba Raden Prisya tentang "Food to reduce Anxiety". Wow! Bukan sebuah kebetulan.
Pada akhirnya gue sadar, pola makanan gue pun punya hubungan dengan mood. Jadi, daripada gue sibuk ngedumel karena baju-baju gue yang udah gak muat. mendingan gue mulai "menjaga pola makan" alias diet. Berat badan gue stabil, jiwa gue juga tenang.
***
Cieee, yang mau diet galau gara-gara Nyokap masak sarapan paginya pakai Opor Ayam dan Buras (lontong Makassar).
"Ya Allah cobaan apa ini :((("
Setelah lemes dan gemeter ngeliat Nyokap asyik mengunyah sarapannya yang terlihat enak itu.
Gue ...
demi menghargai kerja keras Nyokap ....
yang sudah masak ..... (sepik)
akhirnya dengan berat hati (sepik lagi)
mengambil 2 potong Buras dan 2 potong Ayam Opor. Hmm, Thanks Ma :")
Tapi emang the best banget sih parah! <3
Sorenya, gue bikin "Sauteed Green Beans", potongan Tomat Ceri Red Grape, dan potongan Timun. Enak sih tapi ya seenak-enaknya nasi padang masih lebih enak. Bye.
Godaan datang lagi, entah dapat ilham darimana gue bikin Aglio e Olio buat Pak Suami dan Adik-adik gue. Wangi terasi ini memang keterlaluan sih. Tapi mungkin karena biasanya masak buat Pak Suami seorang jadi pas gue tes rasa bumbu spaghettinya gak berasa sama sekali dong. Terpaksa gue tes rasa terus-terusan, udah deh seperempat porsi Spaghetti gue makan. Ada-ada saja godaan hari ini.
Malamnya gue laper lagi dong, gue langsung memotong-motong Tomat ceri dan Timun lagi cuma bedanya gue tambahkan 2 tbsp Kewpie Wijen Sangrai --favorit gue.
Selesai deh cerita "menjaga pola makan" hari ini.
***
Rencana gue adalah diet 6 hari libur 1 hari. Gitu terus sih. Semoga istiqomah yah ^^
Aku tidak pernah percaya kebetulan, terlebih lagi setelah membaca buku The Secret. Yang aku percaya adalah setiap apapun yang terjadi pasti ada maknanya. Dan itu terjadi saat ini, hari ini.
Beberapa hari ini lambungku sakit, Januari kemarin juga. 14 hari tidak bisa makan dan tidur seperti biasa. Dan saat sudah sembuh aku jadi takut sekali melihat cabe, sambal dan segala olahannya. Tapi tiba-tiba beberapa hari lalu asam lambungku naik dan benar-benar berulah. Lebih dari Januari kemarin. Tau kenapa? Aku diet.
Aku berusaha memberikan berbagai afirmasi positif di kepalaku. Aku bilang, "aku diet untuk sehat". Tapi rupanya aku tentu tidak akan bisa menipu diriku sendiri, "aku diet karna aku tidak pede lagi dengan bentuk tubuhku". Dari dulu aku selalu sayang dengan tubuhku, aku bangga. Aku tidak masalah dengan tubuh orang lain, mau seperti apapun aku tidak pernah masalah. Tapi setauku, makan apa saja dan berat badan tetap stabil membuatku sangat percaya diri dan bebas.
Semenjak mengurus pernikahan, aku stres, biasanya kalau aku stres berat badanku malah turun tapi kali ini tidak, berat badanku naik. Saat menikah lebih lagi. Dalam 6 bulan saja berat badanku mungkin sudah naik 8 - 10 kg. Yang awalnya aku senang, karna "wah bahagia yah, kan kalo bahagia bb kita naik". Jadi, sedih karna baju-bajuku sudah tidak muat lagi. Bahkan gamis-gamisku sobek di bagian armpit, pinggang, bahkan perut. (Jadi, jangan tanya kenapa aku pakai celana lagi bukan gamis).
Aku sedih. Sedih ini yang membuat aku makin stres. Dengan makin stresnya aku, maka badanku malah makin naik. Aku jadi terbiasa begadang, dan begadang membuatku gampang lapar. Lagi, bb-ku naik lagi. Sampai akhirnya aku mengambil foto di dalam kamar ganti, dan aku makin sadar aku sudah berubah. Aku kirimkan foto itu ke sahabat-sahabat dekatku. Aku tidak baper dengan tanggapan mereka, alih-alih baper aku malah menjadikan ini sebagai pembelaanku pada diriku bahwa aku memang sudah jauh berubah.
Itu yang membuatku memutuskan untuk diet karbo kemarin, satu langkah yang seperti menyakiti diri sendiri atau langkah bunuh diri karena lambungku yang belum sembuh betul sudah harus menerima pressure baru. Suatu malam, tiba-tiba saja aku terserang Panic attack. Rasanya seperti ada di ruangan sempit dan susah bernapas. Aku benar-benar panik dan makin panik. Kalau bisa aku tebak sekarang, pada saat itu asam lambungku sedang naik ke kerongkongan. Seperti hasil googlingku kemarin tentang GERD. Haha, bahaya sekali google saat sedang sakit begitu yah. Tapi tenang, dokter bilang aku terkena GERD kok. Oh yah, akhirnya keesokan harinya aku dibawa ke rumah sakit. Aku diperiksa di UGD, dicek dengan tabung oksigen, dan ditanya oleh Dokter "apa mba lagi stres? Lagi banyak pikiran yah?". Aku mengiyakan.
Pikiranku pada body-ku, pikiranku pada "apa yang orang pikirkan terhadapku".
---
Malam ini aku membuka twitter seperti biasa dan menemukan nama Tara Basro di timeline.
"Ada apa nih?"
Aku membaca satu mention dari thread tentang "foto tara basro", yang membawaku bertamu ke profile instagramnya Tara Basro.
"Wow", aku terdiam sesaat.
Jari-jariku tidak sabar membaca caption dan membuka instastory-nya, aku yakin akan menemukan sesuatu yang kucari.
Ya, aku ketemu. Belasan dan mungkin puluhan instastory orang-orang (terutama wanita) yang di re-upload oleh mba Tara ini. Yang aku cari ada disana, cerita-cerita tentang wanita yang against their insecurities, tentang betapa kami -wanita- tidak percaya diri dengan tubuhnya, dan ini seperti lagu Kunto Aji buatku "membawa luka itu untuk dirasakan agar bisa disembuhkan". Dan ya, dengan membaca cerita-cerita itu aku sadar banyak orang diluar sana yang tidak percaya diri juga dengan dirinya --entah body, background, pendidikan, dll--. Saat aku sebagai orang lain yang melihat itu rasanya aku ingin memeluk mereka dan bilang kalau "enggak papa kok, kamu cantik dengan jadi dirimu, you are beautiful just the way you are, gak usah berubah, kamu udah sangat cantik".
Aku bicara pada mereka dalam hatiku, memuji mereka di saat mereka malah tidak percaya diri, mengagumi mereka saat mereka menjadi diri mereka sendiri. Kalau aku bisa begitu pada orang lain, kenapa aku harus menyakiti diriku sendiri dengan penilaianku sendiri? Kenapa aku harus merasa malu dengan diriku? Kalau wajahku berjerawat, kulitku menghitam, berat badanku bertambah, dan apapun itu yah aku tetap jadi diriku sendiri. Kalau keadaan jadi sebaliknya, kulit wajahku sebening kristal, kulitku mulus dan berat badanku turun, yah aku tetap jadi diriku juga kok. Seperti apapun aku, aku tetap cantik untuk diriku.
Kalau aku saja tidak masalah dengan seperti apapun warna kulit orang lain, rambut mereka lurus atau bergelombang, curvy atau skinny, jerawat atau mulus, tinggi atau pendek, berhijab atau tidak berhijab, yah berarti orang lain juga tidak akan peduli dengan hal-hal itu pada diriku kan?
Terima kasih, Tara Basro.
Aku akan selalu ingat ini.
Happy Birthday to my Husband ! <3
Berhubung ini ulang tahun pertama Pak Suami setelah menikah, dan sekaligus selebrasi ulang tahun pertama salah satu dari kami setelah menikah jadi rasanya saya tuh gemes banget buat ngasih kejutan. Di pikiran saya udah terbayang tuh Pak Suami akan kayak gimana. Jadilah, saya buat planning dari sebulan sebelumnya.
Saya tulis rencananya, dari perkiraan jam, menu, budget, perlengkapan, Plan A dan Plan B |
Sabtu, 28 Desember 2019 - Saya dan teman ke Pasar Ikan untuk belanja ikan dan kawan-kawannya ^^ |
"Komunikasi, komunikasi, komunikasi."Di jam-jam krusial mendekati acara, saya mulai panik dan bingung. Untungnya Pak Suami langsung nenangin saya, dan bilang kalau biar dia yang handle semuanya. Akhirnya dia tau rencananya. Saya jelaskan ke dia dan dia yang sibuk akhirnya. Maafkan saya yah Pak Suami. :")))
Pantai Pasir Putih. Minggu, 29 Desember 2019 - Teman-teman Pak Suami dan Pak Suami sedang membakar ikan. |
Labels: Journal
Selama Hiatus, aku punya banyak sekali waktu terutama untuk diriku sendiri. Aku bisa banyak meditasi, menulis, bercerita kepada diriku sendiri dan tentu saja membaca buku --satu hal yang sudah aku lupakan sejak lama--. Aku benar-benar sedang refreshing, kembali me-refresh kehidupanku yang penuh dengan messed up things.
Pada suatu hari di siang yang cerah, rasanya badanku lemas sekali. Beberapa hari yang lalu aku mulai Detox Socmedku dengan membereskan rumah. Ternyata membersihkan rumah sehari full bisa membuatku lemas berhari-hari. Ada benarnya juga kata-kata suamiku, saat dia bilang "kita enggak akan bisa ngerjain semuanya sekaligus". Tadinya aku menggerutu dalam hati setiap kali dia bilang begitu. Aku pikir, "kenapa harus ditunda kalau bisa dikerjakan dalam sehari? Toh dalam KonMari kan kita seharusnya decluttering atau membereskan semuanya besar-besaran. Kenapa aku harus membereskan barang dalam waktu berhari-hari?". Ternyata memang melelahkan. Dan kelelahan yang aku rasakan itu bukan cuma sehari. Yang lebih membuatku (kembali) stres adalah di hari-hari aku capek ini, barang-barang yang sudah rapi kembali berantakan. Salahku juga sih tidak membereskan pakaian terlebih dahulu. Rencana awalku adalah saat aku sudah membeli vacum plastic buat pakaian, baru akan ku bereskan tapi ini malah jadi semacam "disaster". Karena semua jadi kembali berantakan. Dan aku benar-benar capek. Badanku lemas. Aku hanya ingin berada di kasur seharian.
Aku beranjak ke kamar mandi, lalu ke dapur. Dimana semua barang sedang tidak pada tempatnya. Tumpukan mangkuk, piring, gelas tersusun di bak wastafel. Kentang masih berada dalam plastik bertumpuk dengan wortel. Bumbu penyedap di samping pemanggang roti. Blender masih penuh dengan mangga (gagal --alias masih muda) plus dengan susu putih yang berbusa karena sudah terlanjur aku hancurkan tapi belum sempat aku buang. Ahh benar-benar jorok, gumamku. Tidak sampai disitu. Hal paling menggelikan untukku adalah sampah. Dan sampahku pun masih tergeletak. Memang sudah dibalut plastik berkali-kali dan diikat tapi tetap saja namanya juga sampah. Aku masih bergidik ngeri melihat kenyataan dapurku yang tadinya sudah mulai rapi kembali berantakan, it worst instead. Aku ingin mengeluarkan sampah itu sampai pada saat plastik sampah yang satu menyentuh plastik sampah lainnya. Harusnya aku baik-baik saja, tapi seperti ada gerakan-gerakan yang sangat banyak kelihatan dari bolongan ikatan sampah plastik hitam itu. Ya, para alien (you know what I mean, rite?) itu berada disana. Menggeliat. Aku masih ngeri membayangkan betapa banyaknya mereka. Mereka menumpuk satu sama lain. Bahkan aku lebih baik menyebut mereka alien dan membayangkan mereka berwarna hijau dengan kepala besar ditutupi helm akuarium dibanding harus menyebut nama mereka dan mengingat bentuk mereka yang kecil putih kekuningan. Mungkin aku tidak akan makan hari ini, hmmm.....
Aku menyentuh salah satu piring yang sudah berisikan banyak semut. Padahal aku rasa itu bukan piring bekas makanan manis. Tapi sepertinya semut-semut itu benar-benar riang gembira menari di atas piring yang ingin aku cuci itu. Dan tidak selang 3 detik, aku menarik tanganku kembali sambil mengebas-ngebaskannya di bawah kucuran air wastafel. Aku hampir saja menangis. Perih sekali. Sengatan semut itu seperti sengatan listrik. Punggung tanganku memerah. Moodku hancur sudah. Aku matikan air aku kembali ke kamar sambil memegangi tanganku. Hancur sudah rencanaku hari ini.
-------------------
Ternyata aku tidak bisa membereskan semuanya dalam satu hari. Mungkin aku yang salah mengartikan KonMari Method dari Marie Kondo. Mungkin harusnya aku baca bukunya dulu baru aku mengerti metodenya dibandingkan aku menonton semua video vlog orang-orang di youtube yang membereskan menggunakan metode ini. Aku rasa banyak hal yang terlewatkan olehku. Jadi, aku memang harus mempelajari dulu baru bisa menerapkan. Sama seperti hal apapun di dunia ini, kita gak bisa langsung menerapkan tanpa mempelajari dulu kan?