TARA BASRO DAN INSEKYURITIKU
was posted at March 04, 2020 with 0 comments


Aku tidak pernah percaya kebetulan, terlebih lagi setelah membaca buku The Secret. Yang aku percaya adalah setiap apapun yang terjadi pasti ada maknanya. Dan itu terjadi saat ini, hari ini.

Beberapa hari ini lambungku sakit, Januari kemarin juga. 14 hari tidak bisa makan dan tidur seperti biasa. Dan saat sudah sembuh aku jadi takut sekali melihat cabe, sambal dan segala olahannya. Tapi tiba-tiba beberapa hari lalu asam lambungku naik dan benar-benar berulah. Lebih dari Januari kemarin. Tau kenapa? Aku diet.

Aku berusaha memberikan berbagai afirmasi positif di kepalaku. Aku bilang, "aku diet untuk sehat". Tapi rupanya aku tentu tidak akan bisa menipu diriku sendiri, "aku diet karna aku tidak pede lagi dengan bentuk tubuhku". Dari dulu aku selalu sayang dengan tubuhku, aku bangga. Aku tidak masalah dengan tubuh orang lain, mau seperti apapun aku tidak pernah masalah. Tapi setauku, makan apa saja dan berat badan tetap stabil membuatku sangat percaya diri dan bebas.

Semenjak mengurus pernikahan, aku stres, biasanya kalau aku stres berat badanku malah turun tapi kali ini tidak, berat badanku naik. Saat menikah lebih lagi. Dalam 6 bulan saja berat badanku mungkin sudah naik 8 - 10 kg. Yang awalnya aku senang, karna "wah bahagia yah, kan kalo bahagia bb kita naik". Jadi, sedih karna baju-bajuku sudah tidak muat lagi. Bahkan gamis-gamisku sobek di bagian armpit, pinggang, bahkan perut. (Jadi, jangan tanya kenapa aku pakai celana lagi bukan gamis).

Aku sedih. Sedih ini yang membuat aku makin stres. Dengan makin stresnya aku, maka badanku malah makin naik. Aku jadi terbiasa begadang, dan begadang membuatku gampang lapar. Lagi, bb-ku naik lagi. Sampai akhirnya aku mengambil foto di dalam kamar ganti, dan aku makin sadar aku sudah berubah. Aku kirimkan foto itu ke sahabat-sahabat dekatku.  Aku tidak baper dengan tanggapan mereka, alih-alih baper aku malah menjadikan ini sebagai pembelaanku pada diriku bahwa aku memang sudah jauh berubah.

Itu yang membuatku memutuskan untuk diet karbo kemarin, satu langkah yang seperti menyakiti diri sendiri atau langkah bunuh diri karena lambungku yang belum sembuh betul sudah harus menerima pressure baru. Suatu malam, tiba-tiba saja aku terserang Panic attack. Rasanya seperti ada di ruangan sempit dan susah bernapas. Aku benar-benar panik dan makin panik. Kalau bisa aku tebak sekarang, pada saat itu asam lambungku sedang naik ke kerongkongan. Seperti hasil googlingku kemarin tentang GERD. Haha, bahaya sekali google saat sedang sakit begitu yah. Tapi tenang, dokter bilang aku terkena GERD kok. Oh yah, akhirnya keesokan harinya aku dibawa ke rumah sakit. Aku diperiksa di UGD, dicek dengan tabung oksigen, dan ditanya oleh Dokter "apa mba lagi stres? Lagi banyak pikiran yah?". Aku mengiyakan.

Pikiranku pada body-ku, pikiranku pada "apa yang orang pikirkan terhadapku".

---
Malam ini aku membuka twitter seperti biasa dan menemukan nama Tara Basro di timeline.

"Ada apa nih?"

Aku membaca satu mention dari thread tentang "foto tara basro", yang membawaku bertamu ke profile instagramnya Tara Basro.

"Wow", aku terdiam sesaat.

Jari-jariku tidak sabar membaca caption dan membuka instastory-nya, aku yakin akan menemukan sesuatu yang kucari.

Ya, aku ketemu. Belasan dan mungkin puluhan instastory orang-orang (terutama wanita) yang di re-upload oleh mba Tara ini. Yang aku cari ada disana, cerita-cerita tentang wanita yang against their insecurities, tentang betapa kami -wanita- tidak percaya diri dengan tubuhnya, dan ini seperti lagu Kunto Aji buatku "membawa luka itu untuk dirasakan agar bisa disembuhkan". Dan ya, dengan membaca cerita-cerita itu aku sadar banyak orang diluar sana yang tidak percaya diri juga dengan dirinya --entah body, background, pendidikan, dll--. Saat aku sebagai orang lain yang melihat itu rasanya aku ingin memeluk mereka dan bilang kalau "enggak papa kok, kamu cantik dengan jadi dirimu, you are beautiful just the way you are, gak usah berubah, kamu udah sangat cantik".

Aku bicara pada mereka dalam hatiku, memuji mereka di saat mereka malah tidak percaya diri, mengagumi mereka saat mereka menjadi diri mereka sendiri. Kalau aku bisa begitu pada orang lain, kenapa aku harus menyakiti diriku sendiri dengan penilaianku sendiri? Kenapa aku harus merasa malu dengan diriku? Kalau wajahku berjerawat, kulitku menghitam, berat badanku bertambah, dan apapun itu yah aku tetap jadi diriku sendiri. Kalau keadaan jadi sebaliknya, kulit wajahku sebening kristal, kulitku mulus dan berat badanku turun, yah aku tetap jadi diriku juga kok. Seperti apapun aku, aku tetap cantik untuk diriku.

Kalau aku saja tidak masalah dengan seperti apapun warna kulit orang lain, rambut mereka lurus atau bergelombang, curvy atau skinny, jerawat atau mulus, tinggi atau pendek, berhijab atau tidak berhijab, yah berarti orang lain juga tidak akan peduli dengan hal-hal itu pada diriku kan?

Terima kasih, Tara Basro.
Aku akan selalu ingat ini.